Halaman

Selasa, 06 Mei 2014

Semester I: (Linguistik Umum: HAKIKAT BAHASA)



 1.Bahasa sebagai sistem
            Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistemis, artinya, bahasas itu tersusun menurut suatu pola: tidak tersusun secara acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-sub sistem; atau sistem bawahan. Di sini dapat disebutkan, antara lain, subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis dan subsistem semantik. Tiap unsur dalam setiap subsistem juga tersusun menurut aturan atau pola tertentu, yang secara keseluruhan membentuk satu sistem. Jika tidak tersusun menurut aturan atau pola tertentu, maka subsistem itu pun tidak dapat berfungsi. Sub sistem bahasa terutama subsistem fonologi, morfologi, dan sintaksis tersusun secara hierarkial. Artinya, subsistem yang satu terletak di bawah subsistem yang lain; lalu subsistem yang lain ini terletak pula di bawah subsistem lainnya lagi. Ketiga subsistem itu (fonologi, morfologi, dan sintaksis) terkait dengan subsistem semantic. Sedangkan subsistem leksikon yang juga diliputi subsistem semantic, berada di luar ketiga subsistem struktural itu.
2.1.2 Bahasa sebagai lambang
            Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah dalam bidang kajian yang disebut ilmu semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa. Dalam semiotika atau semiologi (yang di Amerika ditokohi oleh Charles Sanders Peirce dan di Eropa oleh Fendinand de Saussure) dibedakan adanya beberapa jenis tanda, yaitu, antara lain tanda (sign), lambing (simbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon.
            Tanda selain dipakai sebagai istilah generic dari semua yang termasuk kajian semiotika juga sebagai salah satu dari unsur spesifik kajian semiotika itu, adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda, dan tindakan secara langsung dan alamiah. Misalnya, kalau di kejauhan tampak ada asap membumbung tinggi, maka kita tahu bahwa di sana pasti ada api, sebab asap merupakan tanda akan adanya api itu.
            Berbeda dengan tanda, lambang atau simbol tidak bersifat langsung dan alamiah. Lambing menandai sesuatu yang lain secarakonvensional, tidak secara alamiah dan langsung. Karena itu lambang sering disebut bersifat arbiter, sebaliknya, tanda serperti yang sudah dibicarakan di atas, tidak bersifat arbiter. Yang dimaksud arbiter adalah tidak adanya hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambing dengan yang dilambangkannya.
Oleh karena itulah, Earns Cassier, seorang sarjana dan filosof mengatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol (animal symbolicum). Hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari symbol. Termasuk alat komunikasi verbal yang disebut bahasa. Satuan-satuan bahasa, misalnya kata, adalah symbol atau lambang.
            Tanda-tanda itu adalah sinyal gerak isyarat (gesture), gejala, kode, indeks, dan ikon. Yang dimaksud dengan sinyal atau isyarat adalah tanda yang disengaja yang dibuat oleh pemberi sinyal agar si penerima sinyal melakukan sesuatu.
2.1.3 Bahasa adalah bunyi
            Kata bunyi, yang sering sukar dibedakan dengan kata suara, sudah biasa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Secara teknis, menurut Kridalaksana (1983:27) bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara.
            Bunyi bahasa atau bunyi uajaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai “fon” dan di dalam fonemik sebagai “fonem”.
2.1.4 Bahasa itu bermakna
            Oleh karena lambang-lambang itu mengacu pada sesuatu konsep, ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lebih umum dikatakan lambang bunyi tersebut tidak punya referen, tidak punya rujukan.
            Makna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut makna leksikal; yang berkenaan dengan frase, klausa, dan kalimat disebut makna gramatikal; dan yang berkenaan dengan wacana disebut makna pragmatic, atau makna konteks.
2.1.5 Bahasa itu arbiter
            Kata arbiter diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka. Yang dimaksud dengan istilah arbiter itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
            Ferdinand de Saussure (1966:67) dalam dikotominya membedakan apa yang disebut significant (Inggris: signifier) dan signifie (Inggris: signified). Signifiant adalah lambang bunyi itu, sedangkan signifie adalah konsep yang dikandung oleh signifiant.
2.1.6 Bahasa itu konvensional
            Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbiter, tetapi penerimaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu yang bersifat konfensional. Artinya semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konfensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Jadi kalau kearbiteran bahasa pada hubungan antara lambanag-lamabang bunyi dengan konsep yang dilambangkannya, maka kekonfensionalan bahasa terletak pada kepatuhan para penutur bahasa untuk menggunakan lambang itu sesuai dengan konsep yang dilambangkannya.
2.1.7 Bahasa itu produktif
            Kata produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi. Arti produktif “ banyak hasilnya” atau lebih tepat “terus menerus menghasilkan” lalu, kalau bahasa itu dikatakan produktif, maka maksudnya, meskipun unsure-unsur itu terbatas, tapi dengan unsur-unsur dengan jumlahny ayng terbatas terdapat di luar satuan-satuan bahasa yang jumlahnya yang tidak terbatas, meski secara relative sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa.
Keproduktifan bahasa Indonesia dapat juga dilihat pada jmumlah yang dapat dibuat. Dengan kosa kata yang menurut Kamus Besar Huruf Bahasa Indonesia hanya berjumlah lebih kurang 60.000 buah, kita dapat membuat kalimat bahasa Indonesia yang mungkin puluhan juta banyaknya, termasuk juga kalimat-kalimat yang belum pernah ada atau pernah dibuat orang.
Keproduktifan bahasa memang ada batasnya dalam hal ini dapat dibedakan adanya dua macam keterbatasan, yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan keterbatasan pada tingkat langue. Keterbatasan pada tingkat parole adalah pada ketidak laziman atau kebelum laziman bentuk-bentuk yang dihasilkan. Sedangkan pada tingkat langue keproduktifan itu dibatasi karena kaidah atau sistem yang berlaku.


 2.1.8 Bahasa itu unik
            Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain. Lalu, kalau bahasa dikatakan bersifat unik., maka artinya, setiap bahasa mempunyai cirri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi , sistem pembetukkan kata, sistem pembentukkan kalimat, atau sistem-sistem lainnya. Salah satu keunikkan bahasa Indonesia adalah bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis. Maksudnya, kalau pada kata tertentu di dalam kalimat kita berikan tekanan, maka makna itu tetap. Yang berubah adalah makna keseluruhan kalimat.
2.1.9 Bahasa itu universal
            Selain bersifat unik, yakni mempunyai sifat atau cirri masing-masing, bahasa itu bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di Dunia ini. Ciri-ciri yang universal ini merupakan unsur bahasa yang paling umum, yang biasa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain.
Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vocal dan konsonan. Tetapi berapa banyak vocal dan konsonan yang dimiliki oleh setiap bahasa, bukanlah persoalan keuniversalan. Bukti dari keuniversalan bahasa adalah bahwa setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna, entah satuan yang maknany kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Namun, bagaimana satuan-satuan itu terbentuk mungkin tidak sama. Kalau pembentukan itu bersifat khas, hanya dimiliki sebuah bahasa maka hal itu merupakan keunikan dari bahasa. Kalau ciri itu dimiliki oleh sejumlah bahasa dalam satu hukum atau satu golongan bahasa, maka ciri tersebut menjadi ciri universal dan keunikan rumpun atau sub rumpun bahasa tersebut.
            Ada juga yang mengatakan bahwa ciri umum yang dimiliki oleh bahasa-bahasa yang berada dalam satu rumpun atau sub rumpun, atau juga dimiliki oleh sebagian besar bahasa-bahasa yang ada di Dunia ini sebagai ciri setengah universal. Kalau dimiliki oleh semua bahasa yang ada di Dunia ini beru bisa disebut universal.
2.1.10 Bahasa itu dinamis
            Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak perbah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Malah dalam bermimpi pun manusia menggunakan bahasa. Karena keterkaitan dan keterikatan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya dalam manusia nya kegiatan manusia tidak tetap dan tidak berubah, maka bahasa itu juda menjadoi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis. Karena itulah, bahas itu disebut dinamis.
Perubahahan yang paling jelas, dan paling banyak adalah pada bidang leksikon dan semantik. Barang kali, hamper setiap saat ada kata-kata baru muncul sebagai akibat perubahan dan ilmu, atau ada kata-kata lama yang muncul dengan makna baru. Hal ini juga dipahami, karen kata sebagai satuan bahasa terkecil, adalah sarana atau wadah untuk menampung suatu konsep yang ada dalam masyarakat bahasa. Dengan terjadinya perkembangan kebuidayaan, perkembang ilmu dan tekhnologi, tentu bermunculan konsep-konsep baru, yang tentunya disertai wadah penampungnya, yaitu kata-kata atau istilah-istilah baru.
Perubahan dalam bahasa ini dapat juga bukan terjadi berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa yang bersangkutan. Berbagaio laasan sosial dan politik menyebabkan orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasanya, lalu menggunakan bahasa lain. Di Indonesia, kabarnya telah banyak bahasa daerah yang telah ditinggalkan para penuturnya terutaam dengan alasan sosial. Jika ini terjadi terus menurus, maka pada suatu saat kelak banyak bahasa yang hanya ada beradadalam dokumentasi belaka, karena tidak ada lagi penuturnya.
2.1.11 Bahasa itu bervariasi
            Setiap bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa. Yang termasuk dalam masyarakat bahsa adalah mereka merasa menggunakan bahasa yang sama. Jadi, kalau disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia.
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari ber bagai orang dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh karena itu, karena latar belakang dan lingkungannya yang tidak sama, maka bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam, dimana antara variasi atau ragam yang satu dengan yang lain sering kali mempunyai perbedaan yang besar.
Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang tentu mempunyai ciri khas bahasanya masing-masing. Kalau kita banyak membaca karangan orang yang banyak menulis, misalnya, Hamka, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamingway, atau Mark twain , maka kita akan dapat mengenali ciri khas atau idiolek pengarang-pengarang itu.
Dialek adalah variasi bahasa yang di gunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Variasi bahasa berdasarkan tempat ini lazim disebut dengan nama dialek regional , dialek area, atau dialek geografi. Sedangkan variasi bahasa yang digunakan sekelompok anggota masyarakat dengan status sosial tertentu disebut dialek sosial atau sosiolek.
Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar, untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau ragam nonstandar. Dari sarana yang digunakan dapat dibedakan adanya ragam lisan dan ragam tulisan. Untuk keperluan pemakaiannya dapat dibedakan adanya ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa jujrnalistik, ragam bahasa sastra, ragam bahasa militer, dan ragam bahasa hukum.
2.1.12 Bahasa itu manusiawi
            Kalau kita menyimak kembali cirri-ciri bahasa, yang sudah dibicarakan dimuka, bahwa bahasa itu adalah sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bersifat arbitrer, bermakna, dan produktif, maka dapat dikatakan bahwa binatang tidak mempunyai bahasa. Bahwa binatang dapat berkomunikasi dengan sesama jenisnya, bahkan juga dengan manusia, adalah memang suatu kenyataan. Namun, alat komunikasinya tidaiklah sama dengan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa.
            Dari penelitian para pakar terhadap alat komunikasi binatang bisa disimpulkan bahwa satu-satuan komunikasi yang dimiliki binatang-binatang itu bersifat tetap.sebetulnya yang membuat alat komunikasi manusia itu, yaitu bahasa, produktif dan dinamis, dalam arti dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, berbeda dengan alat komunikasi binatang, yang hanya itu-itu saja dan statis , tidak dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, bukanlah terletak pada bahasa itu dan alat komunikasi binatang itu, melainkan pada perbedaan besar hakikat manusia dan hakikat binatang. Manusia sering disebut-sebut sebagai homosapiens makhluk yang berpikir, homososio makhluk yang bermasyarakat, homofabel makhluk pencipta alat-alat dan juga animalrasionale makhluk rasional yang beerakal budi. Maka dengan segala macam kelebihannya itu jelas manusia dapat memikirkan apa saja yang lalu, yang kini, dan yang masih akan datang, serta menyampaikannya kepada orang lain melalui alat komunikasinya, yaitu bahasa. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa alat komunikasi manusia yang namanya bahasa, adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.

Semester I: Pengantar Kajian Sastra (Analisis Karya Sastra dengan Pendekatan Tertentu)


TUGAS PENGANTAR KAJIAN SASTRA
MENGANALISIS KARYA SASTRA MENGGUNAKAN PENDEKATAN TERTENTU



KELAS:          M/PBSI

                                                                   DISUSUN  OLEH:
           
1.SARA WULANDARI                       11201241041
2.ULFA AULIA                                    11201241062
3.TETY NUR F.                                    11201244009
4.RIO ANGGORO P.                           11201244007








JUDUL KARYA SASTRA(PUISI)                             :           SORGA
KARYA                                                                     :           CHAIRIL  ANWAR

SORGA

Seperti ibu+nenekku juga
Tambah tujuh keturunan yang lalu
Aku minta pula supaya sampai di sorga
Yang kata Masyumi+Muhammadiyah bersungai susu
Dan bertabur bidadari beribu
Tapi ada suara menimbang dalam diriku,
Nekat mencemooh:  Bisakah Kiranya
Berkering dari kuyup laut biru,
Gamitan dari tiap pelabuhan gimana?
Lagi siapa bisa mengatakan pasti
Di situ memang ada bidadari
Suaranya berat menelan seperti Nina, punya kerlingnya Yati?


ANALISIS                
            Puisi berjudul “SORGA” karangan Chairil Anwar ini menggambarkan tentang pemikirannya dalam tokoh”aku” yang memberi pertanyaan seputar surga. Pada saat itu, tepatnya pada tahun 1947 sedang gencar-gencarnya kisah keagamaan mengenai surga yang berorientasi keislaman oleh organisasi keislaman yang di dominasi oleh Masyumi dan Muhammadiyah. Chairil mengambil kata-kata mengenai Masyumi dan Muhammadiyah.
(Yang kata Masyumi+Muhammadiyah bersungai susu dan bertabur bidadari beribu)
            Perlu diketahui bahwa, “ Masyumi+Muhammadiyah dalam sajak tersebut adalah pelukisan bersajak metonimia untuk melukiskan “Islam dengan Theologi dan Filsafat Tradisionalnya;yang terlepas dari sains;islam dengan theologi dan filsafat yang telah banyak dipengaruhi oleh tasawuf dengan orientasi keakhiratan;serta islam yang bersifat fatalisme dan bersikap menunggu nasib yang telah ditentukan TUHAN.”,  seperti yang dikemukakan oleh Harun Nassution (kritikus sastra).
(Tapi ada suara menimbang dalam diriku,
Nekat mencemooh:  Bisakah Kiranya
Berkering dari kuyup laut biru,
Gamitan dari tiap pelabuhan gimana?)
            Menggambarkan bahwa tokoh “aku” tidak mempercayai dan menghargai hal-hal yang supernatural dan ontologi. Ia nekat mencemooh orang beragama yang mempunyai keyakinan teguh tentang keadaan di surga, seperti yang dilukiskan dalam sajak sorga tersebut. Agama bagi ia, disifatkan hanya sebagai ilusi belaka untuk menutupi kepahitan kenyataan hidup. Menurut manusia berwatak manusia otonom, manusia sendirilah yang menjadi ukuran dari segala sesuatu.
            Terdapat kutipan pada harian KOMPAS SEKITAR 20 Tahun yang.(Harun Nasution dalam seminar filsafat yang diselenggarakan oleh Himpunan Filsafat Indonesia di Kampus Universitas Nasional Jakarta pada tanggal 10 dan 11 Agustus 1988), diterbitkan Harian KOMPAS, 12 Agustus 1988.
            “Islam yang masuk ke Indonesia dan kemudian berkembang di seluruh nusantara bukanlah islam dengan theologi, filsafat, dan ilmu pengetahuan rasionalnya, tetapi islam dengan theologi dan filsafat tradisionalnya, islam yang telah terlepas dari sains, dan islam yang telah banyak dipengaruhi oleh tasawuf dengan orientasi keakhiratan.Karena itu tidak heran kalau pandangan umat islam Indonesia sekarang ini sempit sekali dan pemikiran rasional tidak berkembang.Tidak heran pula kalau umat islam Indonesia bersifat fatalistis dan bersikap menunggu nasib yang telah ditentukan Tuhan.”(KOMPAS, 12 Agustus 1988).
            Pada kesimpulannya kejadian pada tahun 1947 itu diangkat oleh Chairil Anwar yang notabene bersifat otonom sehingga menciptakan karya SORGA yang intinya (menyangsikan keberadaan surga yang telah lama dielu-elukan sejak moyang turunan tujuh tahun yang lalu, bertanya dengan sedikit keraguan. Akankah bisa mendapatkan surga sesuai dengan apa yang dikatakan beberapa organisasi islam tradisionalis pada saat itu, Chairil menganggap di surga ada bidadari yang diibaratkan memiliki suara seberat Nina dan berkerling seperti Yati (berarti bertanya apakah bidadari di surga secantik wanita di dunia). Secara keseluruhan hal yang terjadi di negeri Indonesia 20 tahun nan itu memberi ide pada chairil untuk menulis dan mengisyaratkan bahwa chairil sendiri merupakan orang yang bersifat otonom, tertuan dalam tokoh aku.
            Watak Chairil yang otonom tersurat dan tersirat dalam puisi SORGA tersebut dan dengan jelas pada sajak lain karangannya yang baris awalnya berawalan kata ”Di Mesjid”.

Rabu, 29 Januari 2014

Beberapa Surat Al-Quran Favorit dan Fadilahnya


Fadilah Membaca Surat Al Waqi’ah 
Keutamannya, surat ini dibaca setelah sholat shubuh

        Surat Al Waqi’ah dalam Al Qur’an terletak pada juz ke 27, surat ke 56 dan terdiri dari 96 ayat, termasuk golongan-golongan surat-surat makkiyah, diturunkan sesudah suraat Thaa Haa. Dinamai “Al-Waqiah”(hari kiamat), diambil dari perkataan “Al Waqi’ah yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Pokok-pokok isinya surat ini yaitu: - keimanan - gambaran peristiwa kiamat - gambaran tentang surga dan neraka

      Surat Al Waqi’ah adalah salah satu yang dikenal sebagai surat penuh berkah. Keberkahannya mampu melenyapkan kemiskinan dan mendatangkan rejeki bagi siapa saja yang membacanya dengan rutin. 

Beberapa fadilah surat Al Waqi’ah antara lain:

1. Ubay bin Ka’b berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Wâqi’ah, ia akan dicatat tidak tergolong pada orang-orang yang lalai.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).
2. Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah, ia tidak akan tertimpa oleh kefakiran selamanya.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).
3. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah pada malam Jum’at, ia akan dicintai oleh Allah, dicintai oleh manusia, tidak melihat kesengsaraan, kefakiran, kebutuhan, dan penyakit dunia; surat ini adalah bagian dari sahabat Amirul Mukimin (sa) yang bagi beliau memiliki keistimewaan yang tidak tertandingi oleh yang lain.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).
4 Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang merindukan surga dan sifatnya, maka bacalah surat Al-Waqi’ah; dan barangsiapa yang ingin melihat sifat neraka, maka bacalah surat As-Sajadah.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).
5. Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah sebelum tidur, ia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan wajahnya seperti bulan purnama.” (Tsawabul A’mal, halaman 117).
6. Ibn Mardawaih daripada Anas: Kasyf al-Khafa, bahwa Rasulullah saw bersabda “Surah al-Waqiah adalah surah kekayaan. Hendaklah kamu membacanya dan ajarkanlah ia kepada anak-anak kamu.”
7. Riwayat daripada Ibn Mas‘ud: al-Azkar, al-Jami al-Soghir, bahwa Rasulullah saw bersabda “Sesiapa yang membaca surah al-Waqiah pada setiap malam ia tidak akan ditimpa kefakiran.”
8. “Ajarkanlah surah Al-Waqi’ah kepada isteri-isterimu. Kerana sesungguhnya ia adalah surah Kekayaan.” (Hadis riwayat Ibnu Ady)
9. Berkata Masruq: “Siapa ingin mengetahui cerita orang-orang terdahulu dan orang-orang terkemudian, serta cerita ahli surga dan ahli neraka, penduduk dunia dan akhirat, maka bacalah surat Al-Waqi’ah”. (Tafsir Jamal, Juz IV halaman 269)
10.Dengan mewiridkan surat Al-Waqi’ah sebagai bacaan rutin setiap hari dan malam, maka Allah menjauhkan kefakiran selamanya. Sa’d Al Mufti mengatakan, bahwa hadist ini shahih.

 Fadilah Membaca Surat Yasin 
 Keutamaannya, surat ini dibaca setelah shalat maghrib
 
        Rasulullah Saw telah bersabda, 
“Bacalah Surat Yassin karena ia mengandungi keberkatan”, yaitu: Apabila orang lapar membaca Surat Yassin, ia menjadi kenyang.
 1. Jika orang tidak mempunyai pakaian akan mendapat pakaian. 
2. Jika orang belum menikah, segera mendapat jodoh. 
3. Jika dalam ketakutan akan hilang perasaan takut. 
4. Jika terpenjara akan dibebaskan. 
5. Jika musafir membacanya, akan mendapat kesenangan apa yang dilihatnya. 
6. Jika tersesat, sampai ke tempat yang ditujuinya. 
7. Jika dibacakan kepada orang yang telah meninggal dunia, Allah meringankan siksanya. 
8. Jika orang yang dahaga membacanya, hilang rasa hausnya. 
9. Jika dibacakan kepada orang yang sakit, terhindar daripada penyakitnya.

       Rasulullah s.a.w bersabda, “Sesungguhnya setiap sesuatu mempunyai hati dan hati al-Quran itu ialah Yassin. Sesiapa membaca surat Yassin, niscaya Allah menuliskan pahalanya seperti pahala membaca al-Quran sebanyak 10 kali. Sabda Rasulullah s.a.w, “Apabila datang ajal orang yang suka membaca surat Yassin pada setiap hari, turunlah beberapa malaikat berbaris bersama Malaikat maut. Mereka berdoa dan meminta dosanya diampunkan Allah, menyaksikan ketika mayatnya dimandikan dan turut menyembahyangkan jenazahnya”.

         Malaikat Maut tidak mau memaksa mencabut nyawa orang yang suka membaca Yassin sehingga datang Malaikat Ridwan dari syurga membawa minuman untuknya. Ketika dia meminumnya alangkah nikmat perasaannya dan dimasukkan ke dalam kubur dengan rasa bahagia dan tidak merasa sakit ketika nyawanya diambil.

         Rasulullah s.a.w bersabda selanjutnya: “Barang siapa sembahyang sunat dua rakaat pada malam Jumaat, dibaca pada rakaat pertama surat Yassin dan rakaat kedua Tabaroka, Allah jadikan setiap huruf cahaya dihadapannya pada hari kemudian dan dia akan menerima suratan amalannya ditangan kanan dan diberi kesempatan membela 70 orang daripada ahli rumahnya tetapi sesiapa yang meragui keterangan ini, dia adalah orang-orang yang munafik.

Fadilah Surat Ar Rahman
Keutamaannya, surat ini dibaca setelah shalat dhuhur
 
 1. Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Ar-Rahman, Allah akan menyayangi kelemahannya dan meridhai nikmat yang dikaruniakan padanya.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/187).
2. Imam Ja’far Ash-shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Ar-Rahman, dan ketika membaca kalimat ‘Fabiayyi âlâi Rabbikumâ tukadzdzibân’, ia mengucapkan: Lâ bisyay-in min âlâika Rabbî akdzibu (tidak ada satu pun nikmat-Mu, duhai Tuhanku, yang aku dustakan), jika saat membacanya itu pada malam hari kemudian ia mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid; jika membacanya di siang hari kemudian mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).
3. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Jangan tinggalkan membaca surat Ar-Rahman, bangunlah malam bersamanya, surat ini tidak menentramkan hati orang-orang munafik, kamu akan menjumpai Tuhannya bersamanya pada hari kiamat, wujudnya seperti wujud manusia yang paling indah, dan baunya paling harum. Pada hari kiamat tidak ada seorangpun yang berdiri di hadapan Allah yang lebih dekat dengan-Nya daripadanya.
Pada saat itu Allah berfirman padanya: Siapakah orang yang sering bangun malam bersamamu saat di dunia dan tekun membacamu. Ia menjawab: Ya Rabbi, fulan bin fulan, lalu wajah mereka menjadi putih, dan ia berkata kepada mereka: Berilah syafaat orang-orang yang mencintai kalian, kemudian mereka memberi syafaat sampai yang terakhir dan tidak ada seorang pun yang tertinggal dari orang-orang yang berhak menerima syafaat mereka. Lalu ia berkata kepada mereka: Masuklah kalian ke surga, dan tinggallah di dalamnya sebagaimana yang kalian inginkan.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).

Fadilah Surat Al Mulk
 Keutamaannya, surat ini dibaca setelah shalat isya

        Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu surat dalam al-Qur’an (yang terdiri dari) tiga puluh ayat (pada hari kiamat) akan memberi syafa’at (dengan izin Allah Ta’ala) bagi orang yang selalu membacanya (dengan merenungkan artinya) sehingga Allah mengampuni (dosa-dosa)nya, (yaitu surat al-Mulk): “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

        Dalam riwayat lain: “…sehingga dia dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga” (HR Abu Dawud (no. 1400), at-Tirmidzi (no. 2891), Ibnu Majah (no. 3786), Ahmad (2/299) dan al-Hakim (no. 2075 dan 3838), dinyatakan shahih oleh imam al-Hakim dan disepakati oleh imam adz-Dzahabi, serta dinyatakan hasan oleh imam at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani.) Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan membaca surat ini secara kontinyu, karena ini merupakan sebab untuk mendapatkan syafa’at dengan izin Allah Ta’ala.

       Hadits ini semakna dengan hadits lain dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu surat dalam al-Qur’an yang hanya (terdiri dari) tiga puluh ayat akan membela orang yang selalu membacanya (di hadapan Allah Ta’ala) sehingga dia dimasukkan ke dalam surga, yaitu surat: “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan” ( HR ath-Thabarani dalam “al-Mu’jamul ausath” (no. 3654) dan “al-Mu’jamush shagiir” (no. 490), dinyatakan shahih oleh al-Haitsami dan Ibnu hajar (dinukil dalam kitab “Faidhul Qadiir” 4/115) dan dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani dalam “Shahiihul jaami’ish shagiir” (no. 3644).)

          Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini: - Keutamaan dalam hadits ini diperuntukkan bagi orang yang selalu membaca surat al-Mulk dengan secara kontinyu disertai dengan merenungkan kandungannya dan menghayati artinya. - Surat ini termasuk surat-surat al-Qur’an yang biasa dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum tidur di malam hari, karena agungnya kandungan maknanya (HR at-Tirmidzi (no. 2892) dan Ahmad (3/340), dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani dalam “ash-Shahiihah” (no. 585).)
 - Sebagian dari ulama ahli tafsir menamakan surat ini dengan penjaga/pelindung dan penyelamat (dari azab kubur) (Lihat kitab “Tafsir al-Qurthubi” (18/205).), akan tetapi penamaan ini disebutkan dalam hadits yang lemah (Lihat kitab “Dha’iifut targiibi wat tarhiib” (no. 887).) 
- Al-Qur’an akan memberikan syafa’at (dengan izin Allah) bagi orang yang membacanya (dengan menghayati artinya) dan mengamalkan isinya (Lihat kitab “Bahjatun naazhiriin” (2/240).), sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya bacaan al-Qur’an itu akan datang pada hari kiamat untuk memberi syafa’at bagi orang-orang yang membacanya (sewaktu di dunia)” (HSR Muslim (no. 804).)

Fadilah Surat Al Kahfi
Keutamaannya, surat ini dibaca pada malam jum'at

        Beberapa fadilah atau keutamaan membaca surat Al Kahfi antara lain: “Barang siapa yang berada di zaman dajal hendaknya membaca ayat-ayat pertama di surat al-Kahfi.” (HR Muslim). Hanya sedikit sekali manusia yang selamat dari fitnah dajal. Baik ketika masa datangnya dajal maupun saat ini menjelang masa datangnya dajal. Karena itu, menjadi sangat penting untuk menjaga diri dari berbagai bentuk tipu daya dan penyesatan yang dilakukan para pejuang kesesatan. Mereka sedang mempersiapkan kehadiran dan panggung sang dajal akhir zaman.
       Di antara keutamaan surah al-Kahfi adalah menjaga diri dari fitnah dajal. Keterangan ini telah disampaikan Rasulullah dalam beberapa hadis sahih.
Imam Muslim memberikan bab khusus tentang surah ini. Beliau menamakan salah satu babnya dengan bab keutamaan surah al-Kahfi dan ayat Kursi. “Barang siapa yang hafal sepuluh ayat pertama surat al-Kahfi, akan dijaga dari dajal.” (HR Muslim).
       Ada juga riwayat lain yang menjelaskan, akan terjaga dari fitnah dajal. Imam Muslim meriwayatkan di dalam riwayat lain dengan lafaz, “Di ayat terakhir surah al-Kahfi.” Imam al-Nasa’i meriwayatkan dengan lafaz, “Barang siapa membaca sepuluh ayat surah al-Kahfi.”
Imam al-Nasa’i meriwayatkannya dari Tsauban, dari Rasululllah, “Barang siapa yang membaca sepuluh ayat terakhir surah al-Kahfi maka hal tersebut akan menjaganya dari dajal.” (HR Muslim).
       Riwayat-riwayat di atas tidak ada yang kontradiktif atau saling berbenturan. Barang siapa membaca surah al-Kahfi, baik di awal, akhir, atau bagian mana saja maka Allah akan menjaganya dari fitnah dajal.
      Dan, di antara keutamaan surah al-Kahfi lainnya adalah Allah akan memberikan cahaya penerangan terhadap kalbunya. Imam Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Umar, “Barang siapa membaca surah al-Kahfi pada hari Jumat maka akan ada cahaya yang menyinari dari telapak kakinya hingga langit yang akan menyinarinya kelak pada hari kiamat. Dan, dosanya akan diampuni di antara dua Jumat.”
“Barang siapa yang membaca surah al-Kahfi pada hari Jumat, maka dia akan disinari dengan cahaya antara dia dengan Baitul ‘Atiq.” Al-Hasan bin Ali Radhiyallahu Anhuma selalu membacanya di setiap malam Jumat.
Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abdullah bin Mughaffal, “Rumah yang dibacakan di dalamnya surah al-Kahfi atau al-Baqarah tidak akan dimasuki oleh setan sepanjang malam itu.”
Para imam mengatakan, sunah membaca surah al-Kahfi pada hari Jumat dan malamnya. Mereka juga mengatakan, dianjurkan untuk mengulang-ulangnya. Ibnu Qudamah di dalam kitab al-Mughni berkata, “Disunahkan membaca surat al-Kahfi pada hari Jumat.” Wallahu a’lam bish shawab.


Fadilah surah As - Sajdah
Keutamaannya, surat ini dibaca setelah  shalat ashar

Surah As-sajdah
surah As-sajdah surat ke 32
surah dengan 30 ayat
termasuk golongan surat makkiyah

Rasulullah menerangkan keutamaan pembaca surat As-sajdah

1. Mendapatkan Keimanan yang kuat dan "ilmu yaqin"
2. Mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakan ibadah pada "laylatul qodar"
3. jika di lanjutkan dengan surat Tabarok(Al-Mulk), Allah mencatatkan 70 Kebaikan dan Mencabut 70 Keburukan dan menambah 70 derajat.

 Terimakasih. Semoga bermanfaat :).

            rahasiaayatallah.blogspot.com