1.Bahasa sebagai sistem
Sebagai
sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan
sistemis, artinya, bahasas itu tersusun menurut suatu pola: tidak tersusun
secara acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, bahasa itu bukan
merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-sub sistem; atau sistem
bawahan. Di sini dapat disebutkan, antara lain, subsistem fonologi, subsistem
morfologi, subsistem sintaksis dan subsistem semantik. Tiap unsur dalam setiap
subsistem juga tersusun menurut aturan atau pola tertentu, yang secara
keseluruhan membentuk satu sistem. Jika tidak tersusun menurut aturan atau pola
tertentu, maka subsistem itu pun tidak dapat berfungsi. Sub sistem bahasa
terutama subsistem fonologi, morfologi, dan sintaksis tersusun secara
hierarkial. Artinya, subsistem yang satu terletak di bawah subsistem yang lain;
lalu subsistem yang lain ini terletak pula di bawah subsistem lainnya lagi.
Ketiga subsistem itu (fonologi, morfologi, dan sintaksis) terkait dengan
subsistem semantic. Sedangkan subsistem leksikon yang juga diliputi subsistem
semantic, berada di luar ketiga subsistem struktural itu.
2.1.2
Bahasa sebagai lambang
Lambang
dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah dalam bidang
kajian yang disebut ilmu semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari
tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa. Dalam semiotika
atau semiologi (yang di Amerika ditokohi oleh Charles Sanders Peirce dan di
Eropa oleh Fendinand de Saussure) dibedakan adanya beberapa jenis tanda, yaitu,
antara lain tanda (sign), lambing (simbol), sinyal (signal), gejala (symptom),
gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon.
Tanda
selain dipakai sebagai istilah generic dari semua yang termasuk kajian
semiotika juga sebagai salah satu dari unsur spesifik kajian semiotika itu,
adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran,
perasaan, benda, dan tindakan secara langsung dan alamiah. Misalnya, kalau di
kejauhan tampak ada asap membumbung tinggi, maka kita tahu bahwa di sana pasti
ada api, sebab asap merupakan tanda akan adanya api itu.
Berbeda
dengan tanda, lambang atau simbol tidak bersifat langsung dan alamiah. Lambing
menandai sesuatu yang lain secarakonvensional, tidak secara alamiah dan
langsung. Karena itu lambang sering disebut bersifat arbiter, sebaliknya, tanda
serperti yang sudah dibicarakan di atas, tidak bersifat arbiter. Yang dimaksud
arbiter adalah tidak adanya hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambing
dengan yang dilambangkannya.
Oleh karena itulah, Earns Cassier, seorang sarjana dan filosof mengatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol (animal symbolicum). Hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari symbol. Termasuk alat komunikasi verbal yang disebut bahasa. Satuan-satuan bahasa, misalnya kata, adalah symbol atau lambang.
Oleh karena itulah, Earns Cassier, seorang sarjana dan filosof mengatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol (animal symbolicum). Hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari symbol. Termasuk alat komunikasi verbal yang disebut bahasa. Satuan-satuan bahasa, misalnya kata, adalah symbol atau lambang.
Tanda-tanda
itu adalah sinyal gerak isyarat (gesture), gejala, kode, indeks, dan ikon. Yang
dimaksud dengan sinyal atau isyarat adalah tanda yang disengaja yang dibuat
oleh pemberi sinyal agar si penerima sinyal melakukan sesuatu.
2.1.3
Bahasa adalah bunyi
Kata
bunyi, yang sering sukar dibedakan dengan kata suara, sudah biasa kita dengar
dalam kehidupan sehari-hari. Secara teknis, menurut Kridalaksana (1983:27)
bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga
yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara.
Bunyi
bahasa atau bunyi uajaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai “fon” dan di dalam
fonemik sebagai “fonem”.
2.1.4
Bahasa itu bermakna
Oleh
karena lambang-lambang itu mengacu pada sesuatu konsep, ide, atau pikiran, maka
dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lebih umum dikatakan lambang
bunyi tersebut tidak punya referen, tidak punya rujukan.
Makna
yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut makna leksikal; yang berkenaan
dengan frase, klausa, dan kalimat disebut makna gramatikal; dan yang berkenaan
dengan wacana disebut makna pragmatic, atau makna konteks.
2.1.5
Bahasa itu arbiter
Kata
arbiter diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka. Yang
dimaksud dengan istilah arbiter itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara
lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang
dimaksud oleh lambang tersebut.
Ferdinand
de Saussure (1966:67) dalam dikotominya membedakan apa yang disebut significant
(Inggris: signifier) dan signifie (Inggris: signified). Signifiant adalah
lambang bunyi itu, sedangkan signifie adalah konsep yang dikandung oleh
signifiant.
2.1.6
Bahasa itu konvensional
Meskipun
hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbiter,
tetapi penerimaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu yang bersifat
konfensional. Artinya semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konfensi
bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
Jadi kalau kearbiteran bahasa pada hubungan antara lambanag-lamabang bunyi
dengan konsep yang dilambangkannya, maka kekonfensionalan bahasa terletak pada
kepatuhan para penutur bahasa untuk menggunakan lambang itu sesuai dengan
konsep yang dilambangkannya.
2.1.7
Bahasa itu produktif
Kata
produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi. Arti produktif “
banyak hasilnya” atau lebih tepat “terus menerus menghasilkan” lalu, kalau
bahasa itu dikatakan produktif, maka maksudnya, meskipun unsure-unsur itu
terbatas, tapi dengan unsur-unsur dengan jumlahny ayng terbatas terdapat di
luar satuan-satuan bahasa yang jumlahnya yang tidak terbatas, meski secara
relative sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa.
Keproduktifan bahasa Indonesia dapat juga dilihat pada jmumlah yang dapat dibuat. Dengan kosa kata yang menurut Kamus Besar Huruf Bahasa Indonesia hanya berjumlah lebih kurang 60.000 buah, kita dapat membuat kalimat bahasa Indonesia yang mungkin puluhan juta banyaknya, termasuk juga kalimat-kalimat yang belum pernah ada atau pernah dibuat orang.
Keproduktifan bahasa memang ada batasnya dalam hal ini dapat dibedakan adanya dua macam keterbatasan, yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan keterbatasan pada tingkat langue. Keterbatasan pada tingkat parole adalah pada ketidak laziman atau kebelum laziman bentuk-bentuk yang dihasilkan. Sedangkan pada tingkat langue keproduktifan itu dibatasi karena kaidah atau sistem yang berlaku.
Keproduktifan bahasa Indonesia dapat juga dilihat pada jmumlah yang dapat dibuat. Dengan kosa kata yang menurut Kamus Besar Huruf Bahasa Indonesia hanya berjumlah lebih kurang 60.000 buah, kita dapat membuat kalimat bahasa Indonesia yang mungkin puluhan juta banyaknya, termasuk juga kalimat-kalimat yang belum pernah ada atau pernah dibuat orang.
Keproduktifan bahasa memang ada batasnya dalam hal ini dapat dibedakan adanya dua macam keterbatasan, yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan keterbatasan pada tingkat langue. Keterbatasan pada tingkat parole adalah pada ketidak laziman atau kebelum laziman bentuk-bentuk yang dihasilkan. Sedangkan pada tingkat langue keproduktifan itu dibatasi karena kaidah atau sistem yang berlaku.
2.1.8 Bahasa itu unik
Unik
artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain.
Lalu, kalau bahasa dikatakan bersifat unik., maka artinya, setiap bahasa
mempunyai cirri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas
ini bisa menyangkut sistem bunyi , sistem pembetukkan kata, sistem pembentukkan
kalimat, atau sistem-sistem lainnya. Salah satu keunikkan bahasa Indonesia
adalah bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis.
Maksudnya, kalau pada kata tertentu di dalam kalimat kita berikan tekanan, maka
makna itu tetap. Yang berubah adalah makna keseluruhan kalimat.
2.1.9
Bahasa itu universal
Selain
bersifat unik, yakni mempunyai sifat atau cirri masing-masing, bahasa itu
bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap
bahasa yang ada di Dunia ini. Ciri-ciri yang universal ini merupakan unsur
bahasa yang paling umum, yang biasa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat
bahasa lain.
Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vocal dan konsonan. Tetapi berapa banyak vocal dan konsonan yang dimiliki oleh setiap bahasa, bukanlah persoalan keuniversalan. Bukti dari keuniversalan bahasa adalah bahwa setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna, entah satuan yang maknany kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Namun, bagaimana satuan-satuan itu terbentuk mungkin tidak sama. Kalau pembentukan itu bersifat khas, hanya dimiliki sebuah bahasa maka hal itu merupakan keunikan dari bahasa. Kalau ciri itu dimiliki oleh sejumlah bahasa dalam satu hukum atau satu golongan bahasa, maka ciri tersebut menjadi ciri universal dan keunikan rumpun atau sub rumpun bahasa tersebut.
Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vocal dan konsonan. Tetapi berapa banyak vocal dan konsonan yang dimiliki oleh setiap bahasa, bukanlah persoalan keuniversalan. Bukti dari keuniversalan bahasa adalah bahwa setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna, entah satuan yang maknany kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Namun, bagaimana satuan-satuan itu terbentuk mungkin tidak sama. Kalau pembentukan itu bersifat khas, hanya dimiliki sebuah bahasa maka hal itu merupakan keunikan dari bahasa. Kalau ciri itu dimiliki oleh sejumlah bahasa dalam satu hukum atau satu golongan bahasa, maka ciri tersebut menjadi ciri universal dan keunikan rumpun atau sub rumpun bahasa tersebut.
Ada
juga yang mengatakan bahwa ciri umum yang dimiliki oleh bahasa-bahasa yang
berada dalam satu rumpun atau sub rumpun, atau juga dimiliki oleh sebagian
besar bahasa-bahasa yang ada di Dunia ini sebagai ciri setengah universal.
Kalau dimiliki oleh semua bahasa yang ada di Dunia ini beru bisa disebut
universal.
2.1.10
Bahasa itu dinamis
Bahasa
adalah satu-satunya milik manusia yang tidak perbah lepas dari segala kegiatan
dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang
berbudaya dan bermasyarakat tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh
bahasa. Malah dalam bermimpi pun manusia menggunakan bahasa. Karena keterkaitan
dan keterikatan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya dalam
manusia nya kegiatan manusia tidak tetap dan tidak berubah, maka bahasa itu
juda menjadoi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis. Karena
itulah, bahas itu disebut dinamis.
Perubahahan yang paling jelas, dan paling banyak adalah pada bidang leksikon dan semantik. Barang kali, hamper setiap saat ada kata-kata baru muncul sebagai akibat perubahan dan ilmu, atau ada kata-kata lama yang muncul dengan makna baru. Hal ini juga dipahami, karen kata sebagai satuan bahasa terkecil, adalah sarana atau wadah untuk menampung suatu konsep yang ada dalam masyarakat bahasa. Dengan terjadinya perkembangan kebuidayaan, perkembang ilmu dan tekhnologi, tentu bermunculan konsep-konsep baru, yang tentunya disertai wadah penampungnya, yaitu kata-kata atau istilah-istilah baru.
Perubahan dalam bahasa ini dapat juga bukan terjadi berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa yang bersangkutan. Berbagaio laasan sosial dan politik menyebabkan orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasanya, lalu menggunakan bahasa lain. Di Indonesia, kabarnya telah banyak bahasa daerah yang telah ditinggalkan para penuturnya terutaam dengan alasan sosial. Jika ini terjadi terus menurus, maka pada suatu saat kelak banyak bahasa yang hanya ada beradadalam dokumentasi belaka, karena tidak ada lagi penuturnya.
Perubahahan yang paling jelas, dan paling banyak adalah pada bidang leksikon dan semantik. Barang kali, hamper setiap saat ada kata-kata baru muncul sebagai akibat perubahan dan ilmu, atau ada kata-kata lama yang muncul dengan makna baru. Hal ini juga dipahami, karen kata sebagai satuan bahasa terkecil, adalah sarana atau wadah untuk menampung suatu konsep yang ada dalam masyarakat bahasa. Dengan terjadinya perkembangan kebuidayaan, perkembang ilmu dan tekhnologi, tentu bermunculan konsep-konsep baru, yang tentunya disertai wadah penampungnya, yaitu kata-kata atau istilah-istilah baru.
Perubahan dalam bahasa ini dapat juga bukan terjadi berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa yang bersangkutan. Berbagaio laasan sosial dan politik menyebabkan orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasanya, lalu menggunakan bahasa lain. Di Indonesia, kabarnya telah banyak bahasa daerah yang telah ditinggalkan para penuturnya terutaam dengan alasan sosial. Jika ini terjadi terus menurus, maka pada suatu saat kelak banyak bahasa yang hanya ada beradadalam dokumentasi belaka, karena tidak ada lagi penuturnya.
2.1.11
Bahasa itu bervariasi
Setiap
bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat
bahasa. Yang termasuk dalam masyarakat bahsa adalah mereka merasa menggunakan
bahasa yang sama. Jadi, kalau disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua
orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia.
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari ber bagai orang dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh karena itu, karena latar belakang dan lingkungannya yang tidak sama, maka bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam, dimana antara variasi atau ragam yang satu dengan yang lain sering kali mempunyai perbedaan yang besar.
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari ber bagai orang dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh karena itu, karena latar belakang dan lingkungannya yang tidak sama, maka bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam, dimana antara variasi atau ragam yang satu dengan yang lain sering kali mempunyai perbedaan yang besar.
Mengenai
variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek,
dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan.
Setiap orang tentu mempunyai ciri khas bahasanya masing-masing. Kalau kita
banyak membaca karangan orang yang banyak menulis, misalnya, Hamka, Sutan
Takdir Alisyahbana, Hamingway, atau Mark twain , maka kita akan dapat mengenali
ciri khas atau idiolek pengarang-pengarang itu.
Dialek adalah variasi bahasa yang di gunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Variasi bahasa berdasarkan tempat ini lazim disebut dengan nama dialek regional , dialek area, atau dialek geografi. Sedangkan variasi bahasa yang digunakan sekelompok anggota masyarakat dengan status sosial tertentu disebut dialek sosial atau sosiolek.
Dialek adalah variasi bahasa yang di gunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Variasi bahasa berdasarkan tempat ini lazim disebut dengan nama dialek regional , dialek area, atau dialek geografi. Sedangkan variasi bahasa yang digunakan sekelompok anggota masyarakat dengan status sosial tertentu disebut dialek sosial atau sosiolek.
Ragam
atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan,
atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang
disebut ragam baku atau ragam standar, untuk situasi yang tidak formal
digunakan ragam yang tidak baku atau ragam nonstandar. Dari sarana yang
digunakan dapat dibedakan adanya ragam lisan dan ragam tulisan. Untuk keperluan
pemakaiannya dapat dibedakan adanya ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa
jujrnalistik, ragam bahasa sastra, ragam bahasa militer, dan ragam bahasa
hukum.
2.1.12
Bahasa itu manusiawi
Kalau
kita menyimak kembali cirri-ciri bahasa, yang sudah dibicarakan dimuka, bahwa
bahasa itu adalah sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia,
bersifat arbitrer, bermakna, dan produktif, maka dapat dikatakan bahwa binatang
tidak mempunyai bahasa. Bahwa binatang dapat berkomunikasi dengan sesama
jenisnya, bahkan juga dengan manusia, adalah memang suatu kenyataan. Namun,
alat komunikasinya tidaiklah sama dengan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa.
Dari
penelitian para pakar terhadap alat komunikasi binatang bisa disimpulkan bahwa
satu-satuan komunikasi yang dimiliki binatang-binatang itu bersifat
tetap.sebetulnya yang membuat alat komunikasi manusia itu, yaitu bahasa,
produktif dan dinamis, dalam arti dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang
baru, berbeda dengan alat komunikasi binatang, yang hanya itu-itu saja dan
statis , tidak dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, bukanlah
terletak pada bahasa itu dan alat komunikasi binatang itu, melainkan pada
perbedaan besar hakikat manusia dan hakikat binatang. Manusia sering
disebut-sebut sebagai homosapiens makhluk yang berpikir, homososio makhluk yang
bermasyarakat, homofabel makhluk pencipta alat-alat dan juga animalrasionale
makhluk rasional yang beerakal budi. Maka dengan segala macam kelebihannya itu
jelas manusia dapat memikirkan apa saja yang lalu, yang kini, dan yang masih
akan datang, serta menyampaikannya kepada orang lain melalui alat
komunikasinya, yaitu bahasa. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa alat
komunikasi manusia yang namanya bahasa, adalah bersifat manusiawi, dalam arti
hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.